Komentar Psikiater Soal Johnny Depp: Perilakunya Konsisten Seperti Pelaku Kekerasan Dalam Rumah Tangga

- 24 Mei 2022, 22:00 WIB
Johnny Depp dalam persidangan.
Johnny Depp dalam persidangan. /Reuters/Steve Helber/

Saat ditanyai oleh pengacara Heard, Elaine Bredehoft, Spiegel diminta untuk mengomentari profil psikolog dari mereka yang menderita dan melakukan IPV dan apakah mereka konsisten dengan perilaku Depp atau tidak.

Kemudian dia memberikan penjelasan, “Menurut pendapat saya, berdasarkan tinjauan saya terhadap bukti yang ada serta pengalaman klinis saya, berdasarkan pengalaman penerbitan saya, berdasarkan pengalaman mengajar saya, bahwa Mr. Depp memiliki perilaku yang konsisten dengan seseorang yang memiliki gangguan karena penggunaan NAPZA serta perilaku seseorang yang menjadi pelaku kekerasan pasangan intim," ungkapnya.

Baca Juga: Sinopsis Top Gun: Maverick, Kembalinya Tom Cruise Jadi Kapten Pilot Senior Pembawa Misi

Spiegel kemudian juga menjelaskan dalam kesaksiannya, "Kita semua marah sebagai manusia, kita semua memikirkan hal-hal tentang orang lain. Perbedaannya adalah ketika otak kita bijaksana dan bertindak dengan baik, kebanyakan dari kita tidak memerankannya," imbuhnya.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), IPV adalah pelecehan atau agresi yang terjadi dalam hubungan romantis, dan pasangan intim yang mengacu pada pasangan saat ini dan mantan serta pasangan kencan.

Baca Juga: Habiskan Puluhan Ribu Dollar, Penggemar Johnny Depp Rela Bermalam di Luar Gedung Pengadilan

Dikatakan di situs webnya bahwa IPV dapat bervariasi dalam seberapa sering itu terjadi dan seberapa parahnya.

Ini dapat berkisar dari satu episode kekerasan yang dapat berdampak jangka panjang hingga episode kronis dan parah selama beberapa tahun.

CDC mengatakan IPV dapat mencakup salah satu dari jenis perilaku berikut:

kekerasan fisik (ketika seseorang menyakiti atau mencoba menyakiti pasangannya dengan memukul, menendang, atau menggunakan jenis kekuatan fisik lainnya), kekerasan seksual (memaksa atau mencoba memaksa pasangan untuk mengambil bagian dalam tindakan seks, sentuhan seksual, atau peristiwa seksual non-fisik' seperti sexting, ketika pasangan tidak atau tidak bisa menyetujui), menguntit (pola perhatian dan kontak yang berulang dan tidak diinginkan oleh pasangan yang menyebabkan ketakutan atau kekhawatiran akan keselamatan diri sendiri atau keselamatan seseorang yang dekat dengan korban) dan agresi psikologis penggunaan komunikasi verbal dan non-verbal dengan maksud untuk menyakiti pasangan lain secara mental atau emosional dan/atau untuk mengendalikan pasangan lain).***

Halaman:

Editor: Andika Saputra

Sumber: ladbible.com


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x