5 Epic Comeback Leg Kedua Fase Knock-Out di Liga Champions, Pendahulu Karim Benzema

- 11 Maret 2022, 11:05 WIB
Karim Benzema menjadi salah satu striker terbaik di klub Real Madrid
Karim Benzema menjadi salah satu striker terbaik di klub Real Madrid /Instagram @karimbenzema

KEDUTODAY.COM - Simak epic comeback di leg kedua fase knockout di Liga Champions

Secara mengesankan, Real Madrid mampu menuntaskan perlawanan Paris Saint-Germain (PSG) di leg kedua babak 16 besar Liga Champions 2021/22 pada Kamis dini hari 10 Maret 2022 kemarin.

Berbekal kekalahan di leg pertama 0-1, keadaan sempat memburuk di babak pertama. Gol Kylian Mbappe di menit 39, otomatis agregat melebar menjadi 0-2 untuk keunggulan PSG.

Baca Juga: 8 Pemain Tengah Ini Diramalkan Jadi Pusat Perhatian di Piala Dunia 2022 Qatar, Dari Paul Pogba Hingga Casemiro

Secara matematis, Madrid wajib membalas lebih dari sepasang gol jika ingin mencari hasil imbang dan meneruskan ke perpanjangan waktu 2 x 15 menit.

Lalu terciptalah keajaiban di menit ke-61. Secara berturut-turut hingga menit ke-78 Karim Benzema menyarangkan tiga gol ke gawang Gianluigi Donnaruma.

Hattrick striker Perancis berhasil membalikkan agregat menjadi 3-2 untuk Madrid.

Tidak ada perpanjangan waktu, 90 menit normal sudah cukup untuk membawa tim besutan Carlo Ancelotti ke perempat final, and the comeback is real.

Baca Juga: Dua Anak Elon Musk Dipanggil ''X' dan 'Y', Ini Biodata Ketujuh Anak Miliarder CEO Tesla

Kisah heroik tersebut adalah sekuel bagi comeback-comeback lain sepanjang sejarah UCL dengan format knock-out sejak tersaring 16 besar seperti yang pernah terjadi sebelumnya.

Simak daftarnya di bawah ini.

  1. Barcelona vs Chelsea (Agregat 6-4, Perempat Final 1999/00)

Performa meyakinkan di leg pertama ditunjukkan Chelsea di Stamford Bridge. Juara Liga Spanyol ditundukkan 3-1.

Pada Leg Kedua di Camp Nou, Rivaldo dan Luis Figo menuntaskan sepasang gol untuk Barcelona di babak pertama.

The Blues sempat membalas melalui sepakan melengkung Tore Andre Flo. Di menit ke-83 tendangan indah Dani Garcia ke gawang Ed de Goy memaksa pertandingan berlanjut ke perpanjangan waktu.

Akhirnya Penalti Rivaldo dan gol Patrcik Kluivert mengubur mimpi tim tamu untuk melaju ke semifinal.

Baca Juga: 4 Negara ini Ngantri untuk jadi Tuan Rumah Setelah Piala Dunia 2022 Qatar

  1. Deportivo La Coruna vs AC Milan (Agregat 5-4, Perempat Final 2003/04)

AC Milan mendapatkan kepercayaan diri membuncah usai menang 4-1 di San Siro.

Sementara La Coruna dihadapkan pada pilihan menyerang sejak menit pertama.

Benar saja, pelatih Javier Irureta menginstruksikan duet penyeran Carlos Valeron dan Albert Luque untuk menekan. Hasilnya, menit kelima Walter Pandiani berhasil membuka skor.

Kedua striker Super Depor semakin menjadi-jadi, lini belakang Milan kecolongan. Valeron menyundul bola crossing dari sisi kiri, 2-0.

Baca Juga: 5 Wonderkid di Piala Dunia 2022 Qatar, Deretan Talenta Muda Ini Siap Menjadi Kejutan

Luque sukses membukukan satu gol tambahan setelah menyambar bola yang akan dihalau Alessandro Nesta, sekaligus menyamakan agregat 4-4.

Tekanan yang dialami Milan membuat mereka memasukkan Filippo Inzaghi dan Rui Costa untuk mempertajam lini depan.

Namun nahas bagi I Rossonerri, justru mereka kembali menderita di menit ke-75. Bola liar dari umpan lambung gagal dihalau Gennaro Gattuso, dan dieksekusi dengan baik oleh Gonzales Fran.

La Coruna menjungkalkan sang juara bertahan dan berhak atas tiket ke semifinal.

Baca Juga: Bikin Hati Meleleh, Ini 8 Pemain Sepak Bola Ganteng yang Bakal Ramaikan Piala Dunia Qatar 2022

  1. Chelsea vs Napoli (Agregat 5-4, 16 Besar 2011/12)

Gonjang-ganjing transisi manejemen kepelatihan sedang terjadi di kubu Chelsea kala itu.

Pemilik klub Roman Abramovich baru saja memecat Andres Villas-Boas menyusul hasil buruk di beberapa match terakhir.

Maka ditunjuklah Roberto Di Matteo sebagai caretaker menghabiskan sisa musim yang ada.

Awal yang tidak begitu bagus bagi Les Blues, mereka dikalahkan oleh Napoli 1-3 berkat dua gol Ivan Lavezzi dan Edinson Cavani.

Baca Juga: Sepanjang Sejarah, Hanya 2 Negara yang Meraih 2 Kali Juara Piala Dunia Berturut-turut, Negara Mana Saja?

Babak 16 besar UCL adalah awal kesuksesan singkat Di Matteo di akhir musim. Secara meyakinkan Chelsea menghancurkan I Partenopei 4-1 di Stamford Bridge.

Didier Drogba dan John Terry mengawali kemenangan, sebelum disusul Gökhan Inler.

Semangat pantang menyerah berbuah manis ketika John Terry berhasil mengeksekusi penalti di menit ke-75 dan menyeimbangkan agregat menjadi 4-4.

Barulah di extra time, Branislav Ivanović mengubah kedudukan yang tidak bisa dibalas hingga peluit akhir berbunyi.

Bahkan, Chelsea mampu melaju hingga babak final dan menjadi kampiun setelah menundukkan Bayern München di Munich melalui adu penalti.

Baca Juga: Daftar Kode Negara FIFA untuk Piala Dunia, Kode Indonesia INA, IND, atau SIA?

  1. AS Roma vs Barcelona (Agregat 4-4, Perempatfinal 2017/18)

Tidak ada yang menyangka AS Roma masih mampu berbuat banyak setelah tertinggal 1-4 kala melawat ke Camp Nou.

Barca yang waktu itu mengandalkan duet Lionel Messi dan Luis Suárez adalah salah satu momok menakutkan di Eropa.

Terbukti kombinasi dua striker Amerika Latin sukses mengacak-acak lini pertahanan l Giallorossi dan membuahkan dua gol bunuh diri Daniele De Rossi dan Kostas Manolas.

Bahkan empat menit berselang, Gerard Piqué menambah keunggulan Barca menjadi 3-0.

Baca Juga: Simak 4 Piala Dunia dengan Koleksi Kartu Merah Terbanyak, dari Zinedine Zidane hingga David Beckham Merasakan

Edin Džeko sempat memperkecil kedudukan sebelum Suárez membungkus kemenangan di menit ke-89.

Semangat masih belum hilang di benak anak-anak asuh Eusebio Di Francesco, dia menginstruksikan agar jangan sampai kebobolan malam itu.

Kembali Džeko tampil membuka skor ketika pertandingan baru berjalan enam menit.

Aksi heroik ditunjukkan oleh kedua pemain Roma yang membuat blunder di leg pertama. Bermain di Stadion Olimpico, De Rossi dan Manolas masing-masing membayar tuntas gol bunuh diri mereka!

Walau agregat seimbang 4-4, AS Roma lolos berkat unggul gol tandang.

Baca Juga: 6 Negara Ini Sukses jadi Tuan Rumah Sekaligus Meraih Juara, Apakah Ada Keajaiaban di Piala Dunia 2022 Qatar?

  1. Barcelona vs PSG (Agregat 6-5, 16 Besar 2016/17)

Banyak yang mengira era baru sepakbola akan berubah dengan mengerucutkan persepsi itu ke arah kota mode, Paris.

Pasalnya, tim kebanggaan mereka Paris Saint-Germain mulai membangun kekuatan dan membuktikan kedigdayaan berupa empat gol tanpa balas ke raksasa Spanyol, Barcelona.

Brace Angel Di Maria ditambah satu gol dari Julian Draxler dan Edinson Cavani hampir menjejakkan satu kaki mereka ke babak perempatfinal.

Tapi ternyata sejarah belum mau berputar secepat itu. Di leg kedua, giliran Barcelona memberondong setengah lusin gol ke gawang PSG.

Baca Juga: Apa Keuntungan Bagi Negara Pemenang Piala Dunia, Berapa Hadiah dan Uang untuk Pemain?

Bermain ofensif dan melahap 65% penguasaan bola, Barca mengamuk sejak menit ketiga dengan gol Luis Suárez dan menyudahi babak pertama dengan gol bunuh diri Layvin Kurzawa. 2-0.

Pertandingan hampir berakhir hampa karena Barca skor masih di angka 3-1 hasil dari penalti Lionel Messi dan satu gol balasan dari Cavani.

Tensi memuncak ketika Neymar melesakkan bola melalui free-kick indah dan penalti dalam kurun waktu tiga menit.

Sebenarnya dengan kalah 1-5, PSG tetap lolos karena unggul gol tandang. Tapi Barcelona belum mau menyerah.

Dan malam itu menjadi klimaks di menit 90+5, Sergi Roberto tiba-tiba muncul menyambut umpan lambung dari luar kotak penalti. Gol penutup yang sempurna, 6-1 untuk La Blaugrana.

Baca Juga: Selain Kapten Tsubasa, Inilah Deretan Anime Sepakbola untuk Menyambut Piala Dunia 2022 Qatar

  1. Tottenham vs Ajax (Agregat 3-3, Perempatfinal 2018/19)

2018/19 akan menjadi salah satu musim yang akan selalu dikenang para penggemar sepakbola, dengan banyaknya kejutan di fase knock-out Liga Champions.

Sejak babak 16 besar hingga semifinal tercatat ada lima peristiwa comeback dramatis, termasuk pada dua set pertandingan semifinal antara Liverpool vs Barcelona dan Ajax vs Tottenham.

Sehari setelah Liverpool mengandaskan impian Barca; Tottenham sukses memukul balik Ajax Amsterdam–yang notabene merupakan pelaku comeback yang menjadikan Real Madrid sebagai korbannya di babak 16 besar. 

Baca Juga: Resmi, Timnas dan Klub Rusia Dilarang Tanding Kualifikasi Piala Dunia 2022 FIFA dan Liga Europa UEFA

Kegemilangan skuat Mauricio Pochettino bukan diraih dengan mudah. Mereka memulai leg kedua dengan agregat 0-1.

Bahkan sampai dengan babak pertama Ajax memimpin dengan sepasang gol Matthijs De Ligt dan Hakim Ziyech, agregat melebar menjadi 0-3.

Tiga gol dalam satu babak adalah sebuah kemustahilan bagi Tottenham. Selain bermain tandang di Johan Cruijff ArenA, striker andalan Harry Kane harus ditarik keluar akibat cedera.

Ternyata keajaiban datang dari seorang pengganti bernama Lucas Moura. Pemain yang berposisi asli sebagai gelandang serang, malam itu didapuk untuk menggantikan peran Kane. Hasilnya? Moura mencetak tiga gol di menit 55, 59 dan 95!

Tottenham menembus babak final UCL untuk pertama kali dalam sejarah berkat unggul gol tandang.

Baca Juga: Tak Hanya Erling Haaland, 6 Bintang Ini Terancam Tidak Bisa Main di Piala Dunia 2022 Jika Negaranya Tak Lolos

Itu dia deretan klub yang berhasil membalikkan nasibnya di menit-menit terakhir. Yang mana momen favorit Anda?

Editor: Nisa Hidayat


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x