Namun, secara perlahan Abdul Muiz bisa menerima keputusan yang menurutnya adalah takdir bagi sang adik.
Pesan sang ibu untuk mendukung keputusan adiknya tersebut menjadi pertimbangan dirinya saat itu.
Abdul Muis juga berusaha belajar dan memahami transgender, dalam ketidaksetujuannya. Pada akhirnya dia mengerti bahwa secara psikis dan batiniah, ada orang yang seperti itu.
Setelah proses bertahun-tahun itu, sang kakak pun akhirnya menerima keadaan adiknya, meski awalnya canggung untuk memanggil nama Amar.
Kini, Abdul Muiz bisa merasa bangga dengan pencapaian Amar Alfikar, di antara komunitas muslim yang sangat heterogen dan toleran.
Menurut Abdul Muiz, tugasnya saat ini adalah mendukung adiknya, memanusiakan manusia.
Penulis buku Tafsir Progresif Islam-Kristen terhadap Keragaman Gender dan Seksualitas: Panduan Memahami Tubuh dan Tuhan ini lahir di Kendal pada 11 April 1991 silam.
Tak hanya itu, Amar Alfikar yang dikenal penyuka puisi ini juga meluncurkan karya berjudul Islam dan Tubuh-Tubuh Queer.